Dekan FUAD Menjadi Pengisi Kegiatan Guest Lecture di Universtas Pattani

Pattani, Thailand – Dekan FUAD UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Dr. K.H. Sam’ani Sya’roni, M.Ag mengisi kegiatan Guest Lecture (kuliah tamu) tentang “Da’wa on Religious Moderation in Indonesia: Chance and Challenge” di Universitas Pattani Thailand pada 1 Agustus 2023.

Bertempat di Ruang Sidang Rektorat, kuliah tamu dihadiri ratusan sivitas akademika Universitas Pattani Thailand. Pada kesempatan tersebut, Dekan FUAD Dr. K.H. Sam’ani Sya’roni, M.Ag Pekalongan menyampaikan bahwa wajah agama bisa tergantung pada pemeluknya, ia bisa menjadi penyatu (sentripetal) yang mengubur ikatan primordial (kekerabatan, kesukuan, kebangsaan dll) namun sisa juga menjadi pemecah belah (sentrifugal) yang memporak-porandakan sebuah keharmonisan.

“Padahal semua bentuk ekstrim dan radikal tidak ada justifikasi dalam agama, tetapi semua agama dihinggapi kelompok garis keras/radikalis yang biasanya muncul ketika menjadi mayoritas, di sinilah pentingnya sikap moderasi (wasathiyah) yaitu kecenderungan ke arah pertengahan atau upaya menghindari sikap ekstrim (tatharruf) baik ucapan maupun perbuatan,” papar Sam’ani.

Sam’ani juga menambahkan pentingnya sikap moderasi beragama yaitu sikap menghindari keesktreman baik ekstrim kanan (tatharruf tasyaddudy) maupun ekstrim kiri (tataharruf tasahhuly) dalam cara pandang, sikap, dan praktik beragama (tasamuhtawassuti’tidal, tawazun) perlu adanya semangat moderasi beragama yaitu mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama.

“Ada pemeluk agama yang ekstrem meyakini mutlak kebenaran satu tafsir teks agama, lalu menganggap sesat mereka yang memiliki tafsir yang berbeda dengannya. Di sisi lain, ada juga umat beragama yang esktrem mengabaikan kesucian agama, atau mengorbankan kepercayaan dasar ajaran agamanya atas nama toleransi kepada pemeluk agama lain. Ini sikap yang harus dihindari,” tegas Sam’ani.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pattani Prof. Dr. Ismail Lutfi Japakiya menyampaikan tentang pentignya السلام (peace) atau perdamaian, karena kata السلام berakar kata yang sama dengan kata اسلام.

“Apalagi kami di sini adalah umat minoritas, di kalangan mayoritas Budha, simbol-simbol kata Islam tidak perlu ditampakkan tetapi yang paling penting adalah substansinya benar-benar memuat ajaran Islam. Islam jangan cuma chasing-nya saja tetapi isinya, seperti halnya Universitas Pattani ini tidak perlu menampakkan kata Universitas Islam Pattani misalnya, cukup dengan kata Universitas Pattani tetapi prodi-prodi yang ada muatannya adalah Islam,” jelas Prof. Ismail Lutfi.

Ia menambahkan alasan penamaan tersebut karena di Thailand muslim sebagai minoritas bukan mayoritas sebagaimana di Indonesia. Maka tidak heran jika penamaan kampus di Indonesia menyisipkan kata Islam seperti Universitas Islam Negeri K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan.

“Apalagi Pekalongan yang namanya menggunakan sosok K.H. Abdurrahman Wahid sebagai nama yang tepat bagi sebuah universitas agar mendalami nilai-nilai pluralis dan keberagaman pada sosok Presiden Indonesia yang ke-4 ini khususnya bagi sivitas akademika UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan,” ujar Prof. Dr. Ismail Lutfi.

Penulis  : Dimas Prasetya

Editor    : Anik Maghfiroh