Enam Mahasiswa FUAD UIN Gus Dur Ikuti Program International Student Mobility di Malaysia dan Singapura

Malaysia – Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) mengadakan kegiatan International Student Mobility di Malaysia dan Singapura. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 24-28 September 2024.

Beberapa kampus yang dituju di antaranya Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) dan Faculty of Management Education and Humanities University College of MAIWP International Malaysia. Kegiatan ini adalah salah satu program kerja FUAD UIN Gus Dur dalam mewujudkan kerja sama tridharma dengan universitas luar negeri.

Kegiatan ini diikuti oleh enam mahasiswa dari perwakilan setiap program studi di FUAD UIN Gus Dur Pekalongan, yaitu: Amarul Hakim (prodi Ilmu Hadis), Eka Rizqiyani (Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir), Meika Syadza Afifah (Prodi Tasawuf Psikoterapi), Karyunah (Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam), Kharisma Shafrani (Prodi Komunikasi Penyiaran Islam), Hanif Jihad Fisabilillah (Prodi Manajemen Dakwah).

Pada Rabu 25/09/2024 kunjungan pertama program International Student Mobility ini adalah Universitas Sains Islam Malaysia. Wakil Dekan III Dr. Muhandis Az Zuhri, MA selaku Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama menyampaikan sambutannya di USIM sebagai perwakilan dari UIN Gus Dur. Beliau memperkenalkan dosen dan mahasiswa yang akan mempresentasikan hasil risetnya di hadapan civitas akademika kampus USIM.

“Mayoritas kita (UIN) mengadakan riset kolaborasi Internasional yang dilakukan di beberapa negara jiran dengan harapan presentasi artikel ilmiah supaya masuk pada jurnal-jurnal skala nasional maupun skala internasional,” ujar Dr. Muhandis.

Ia juga memberikan kesempatan kepada USIM supaya bisa berkunjung ke UIN Gus Dur Pekalongan. “Semoga pertemuan serta kerja sama ini bisa berlanjut dan suatu saat USIM bisa berkunjung ke UIN. Gus Dur Pekalongan,” lanjutnya.

Di USIM, UIN Gus Dur mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset dua dosen dan lima mahasiswa yang masing-masing sesuai dengan bidangnya. Kemudian pada kunjungan tersebut di akhiri dengan pemberian plakat dan sertifikat sebagai tanda terima kasih serta diikuti sesi foto bersama. (Amarul Hakim)

Kunjungi Malaysia dan Singapura, FUAD UIN Gus Dur Lakukan Penelitian Kolaboratif Internasional

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan lakukan penelitian kolaboratif internasional di Malaysia dan Singapura pada tanggal 24 Sd 28 September 2024.

Pada tanggal 25 September, Tim Riset FUAD melakukan kunjungan ke Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Pada kesempatan tersebut juga dilakukan kegiatan presentasi makalah yang berjudul “International Seminar on Multi-Disciplinary Approaches in Islamic Studies”.

Pada seminar tersebut, menghadirkan sebelas presentator dari kedua belah pihak. Dari FUAD UIN Gus Dur, dua dosen yang melakukan presentasi yakni Nadhifatuz Zulfa, M.Pd dan Hj. Vyki Mazaya, M.S.I., kemudian diikuti lima mahasiswa FUAD yakni Karyunah (BPI), Eka Rizqiyani (IAT), Amarul Hakim (Ilha), Meika S. Afifah (TP), dan Hanif J.F. (MD).

Pada pembukaan acara, Wakil Dekan Akademik Fakultas Manajemen dan Kepemimpinan USIM Suria Hani PhD., menyambut kehadiran rombongan UIN Gus Dur dan menyatakan harapannya agar seminar presentasi makalah dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan masukan yang baik bagi artikel yang dipresentasikan. Ia juga berharap agar kerja sama dan silaturahmi yang dibangun dari kedua kampus tetap terjalin hingga ke depannya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr. H. Muhandis Azzuhri M.Ag., menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak USIM yang telah menerima kehadiran FUAD UIN Gus Dur. Muhandis menyampaikan acara ini sebagai upaya kolaborasi internasional yang melibatkan riset bersama antara kedua kampus selain dari pada melakukan presentasi makalah bersama.

Pada hari berikutnya, tim riset FUAD melakukan kunjungan ke YAMAS Singapore untuk meneliti tentang peran dakwah sufistik YAMAS secara internasional. (DP)

Implementasi Kerja Sama, Prodi Tasawuf dan Psikoterapi melaksanakan PPL di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Batang

Batang, 10 September 2024 – Mahasiswa Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi melaksanakan penerjunan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Batang. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 9 September hingga 9 Oktober 2024. Beberapa mahasiswa yang berpartisipasi dalam PPL di Lapas Kelas IIB Batang antara lain Syarifa Nadia, Abidullah Wafa’, Elly Zuhrotul Aqribah Aqnalia, Nico Yuanda Rais, dan Nurul Ikromah.

Penyambutan mahasiswa PPL di Lapas Kelas IIB Batang dilaksanakan di ruang unsur dan dihadiri oleh para pejabat struktural Lapas. Beberapa di antaranya adalah Dhoni Arib Setiawan, Amd.IP., S.H., selaku Kepala Seksi Binadik Giatja, Candy, Amd.IP., S.H., M.H., selaku Kepala Keamanan Lapas (KPLP), Ardhyn, S.E., selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU), dan Fanny Yusuf Irawan, S.T., S.H., M.H., selaku Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban (Kasi Kamtib), yang juga bertindak sebagai Pembimbing Lapangan. Selain itu, turut hadir dosen pembimbing dari pihak universitas, Adib ‘Aunillah Fasya, M.Si.

 Dalam sambutannya, pihak Lapas Batang menyampaikan rasa terima kasih dan harapan besar kepada para mahasiswa yang akan berkontribusi langsung dalam program pembinaan di lembaga pemasyarakatan tersebut. Diharapkan kehadiran mahasiswa dapat memberikan dampak positif, baik bagi warga binaan maupun bagi mereka sendiri dalam mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di kampus.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) menyampaikan pesan kepada mahasiswa agar memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk menambah wawasan dan pengalaman. Ia juga menekankan pentingnya kerja keras dan keinginan untuk belajar selama menjalani PPL, serta bagaimana pengalaman di lapangan dapat memperkaya pemahaman mereka terkait praktik tasawuf dan psikoterapi.

Ke depan, para mahasiswa PPL akan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pembinaan kerohanian dan psikoterapi di Lapas Batang. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi mahasiswa dan warga binaan, baik dari segi spiritual maupun mental, serta membantu mereka dalam proses rehabilitasi dan pengembangan diri.

Penulis : Adib ‘Aunilah Fasya

Perkuat Kualitas Mutu, FUAD UIN GusDur selesanggarakan Audit Mutu Internal (AMI) 2024

Pekalongan (11/09) – FUAD Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) adakan adakan Audit Mutu Internal (AMI) 2024 pada Rabu, 11 September 2024 bertempat di ruang rapat lantai 2 Gedung FUAD kampus 2 UIN Gus Dur. AMI 2024 mengangkat tema ‘Sustainability Audit for the Preparation of World Class University’. Tema tersebut merupakan sebuah komitmen UIN Gus Dur untuk terus mengembangkan dan memantapkan diri menuju PTKN berkelas dunia.

Dekan FUAD UIN Gus Dur, Prof. Dr. H. Sam’an, M.Ag., berharap AMI bisa dilaksanakan dengan optimal dalam mengawal kualitas akademik yang ditawarkan oleh fakultas kepada publik. Lebih lanjut Prof. Sam’ani mengatakan bahwa fakultas membutuhkan masukan dan evaluasi dari tim auditor AMI agar ke depannya, FUAD bisa terus memperbaiki mutu sehingga cita2 kampus berkelas dunia dapat terwujud.

Dalam Pembukaan AMI yang dilaksanakan pada Senin, 9 September 2024 bertempat di ruang rapat lantai 3 Gedung Pusat Terpadu kampus 2 UIN Gus Dur, Rektor UIN GusDur menekankan pentingnya AMI untuk dilaksanakan sebaik mungkin oleh seluruh pemangku jaminan mutu akademik. Pasalnya, mutu akademik merupakan inti dari perguruan tinggi. “Mohon AMI ini merupakan salah satu wujud dari komitmen pimpinan untuk mendapatkan informasi proses pelayanan. Auditor menyampaikan apa adanya untuk mengambil langkah pimpinan selanjutnya. Auditee juga tidak boleh ada yang ditutupi. Auditor membantu mencapai visi misi kita. Kita review ulang terkait IKU (Indikator Kinerja Utama),” lanjut Prof. Zaenal.

Kegiatan ini merupakan upaya untuk terus melakukan perbaikan terhadap kualitas mutu akademik. Melakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang ada sebagai langkah dalam perbaikan berkelanjutan. “Pengawasan siklus ini semuanya harus bekerja dengan baik. APT unggul menjadi langkah awal untuk memberikan layanan terbaik. Unggul merupakan gerbang awal bukan titik akhir. Harus ada perbaikan yang berkelanjutan. Kita juga harus dispilin waktu. Hasil RTM untuk perbaikan Bapak Ibu sekalian. Kita harus menyadari kekurangan yang ada, terima masukan dari auditor,” Ungkap Prof. Zaenal.

Pada kegiatan AMI 2024 di FUAS UIN GusDur, terdapat bebarapa auditor yang melakukan audit di tingkat fakultas dan program studi di lungkungan FUAD. Adapun Lead Auditor yang melaksanakan audit di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah yakni Prof. Dr. Susminingsih, M.Ag.

FUAD Adakan Workshop Teknis Penyelenggaraan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umroh

Sebagai wujud tindaklanjut Penandatangan MOU FUAD dengan Dirjen PHU dan akan adanya program Sertifikasi Pembimbing Haji dan Umroh, FUAD UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menyelenggarakan kegiatan workshop Teknis Penyelenggaraan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umroh. Kegiatan tersebut diadakan pada Senin-Selasa, 9-10 September 2024 di ruang meeting lantai 2 FUAD, Kampus 2 Kajen.

Dalam pelaksanaanya, terdapat dua narasumber yang memberikan materi terkait teknis penyelenggaraan Sertifikat Pembimbing Manasik Haji dan Umroh. Pemateri pada hari pertama yakni Dr. H. Khalilurrahman, M.A., QIA.,CRMO yang merupakan Kepala Lakpesdam NU DKI Jakarta. Dalam pemaparan materinya, narasumber menyampaikan bagaimana hal-hal teknis dilakukan dan diperhatikan dalam penyelenggaraan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umroh.

Selain itu, pada hari ke-2 narasumber yang mengisi materi yakni Dr. H. Debi Fajrin Habibi, M.Pd. yang merupakan Pengelola Lembaga Sertifikasi Pembimbing Haji UIN Syber Syekh Nurjati Cirebon. Narasumber menyampaikan pengalaman teknis ketika UIN Syber Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan Kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umroh.

Pentingnya Pengembangan SDM untuk Internasionalisasi Perguruan Tinggi, FUAD UIN Gusdur Mengirim Sejumlah Dosen dan Tendik Pelatihan Bahasa Inggris di Pare Kediri

Pada Hari Minggu, 11 Agustus 2024, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan mengirim 11 dosen dan 2 tenaga kependidikan untuk mengikuti pelatihan Bahasa Inggris di Mr. Bob Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur. Kegiatan ini berlangsung selama 2 minggu, dari tanggal 12 – 23 Agustus 2024.

Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Agus Fakhrina M.S.I, selaku Wakil  Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, pada hari Senin, 12 Agustus 2024, dan ditutup pada hari Jum’at, 23 Agustus 2024 oleh Dr. Miftahul Ula, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan.

Dalam sambutannya Dr. Agus Fakhrina, M.S.I menyampaikan bahwa dipilihnya Mr. Bob Kampung Inggris yang terletak di Pare karena Pare merupakan tempat yang sangat kondusif untuk pengembangan Bahasa Inggris.

“Mr. Bob Kampung Inggris merupakan lembaga yang kredibel untuk pelatihan Bahasa Inggris, terlebih lagi letaknya di Pare Kediri yang merupakan sebuah kampung yang sangat kondusif untuk pengembangan Bahasa Inggris,” kata Dr. Agus Fakhrina, M.S.I.

Ini merupakan kegiatan yang memang sudah direncanakan sejak awal sebagai bentuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat penting untuk mendukung program internasionalisasi perguruan tinggi.

“Kegiatan ini dimaksudkan sebagai bentuk pengembangan SDM dan sekaligus mendukung program internasionalisasi perguruan tinggi UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan sebagaimana diamanatkan dalam Renstra FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan,” ungkap Dr. Miftahul Ula, M.Ag.

Kegiatan ini juga merupakan bekal bagi dosen dan tendik untuk mendukung kegiatan internasional yang direncanakan oleh FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan dalam waktu dekat.

“Ini juga merupakan bekal bagi dosen dan tendik yang akan ikut serta dalam kegiatan penelitian internasional dan student mobility FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 24 – 28 September 2024 di Singapura dan Malaysia. Lebih dari itu, bahwa program ini keberhasilannya akan lebih jelas ketika banyak dosen dan tenaga kependidikan memiliki kemampuan berbahasa inggris yang terwujud pada karya-kara ilmiah pada jurnal internasional” terang Dr. Miftahul Ula, M.Ag.

Mendukung Internasionalisasi Perguruan Tinggi, FUAD UIN Gusdur Mengirim Sejumlah Mahasiswa Pelatihan Bahasa Inggris di Pare Kediri

Sebagai upaya peningkatan kompetensi mahasiswa untuk mendukung program internasionalisasi perguruan tinggi, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan mengirim 10 mahasiswa untuk mengikuti pelatihan Bahasa Inggris selama 1 bulan di Mr. Bob Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur, mulai tanggal 24 Juni – 19 Juli 2024.

Mereka yang dikirim adalah mahasiswa pilihan dari prodi-prodi yang ada di FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan dengan melalui proses seleksi yang ketat. Dua di antaranya dari Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, yaitu: Nafisa Zunilova dan Zahra Nafisa. Satu mahasiswa dari Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam, bernama: Ana Diniyati. Satu mahasiswa dari Prodi Tasawuf Psikoterapi, bernama: Azizatul Khifdiyah. Dua mahasiswa dari Prodi Manajemen Dakwah, yaitu: Khalfan dan Adinda Izzatul Karimah. Satu dari prodi Ilmu Hadis, bernama: Ananda Aprilia Aulia Syahna. Dan tiga mahasiswa dari Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir, yaitu: Nur Baitin, Dewi Virdiarini, dan Devina Aisyah Vidyadari.

Kegiatan yang berlangsung selama 1 bulan ini dibuka oleh Dr. Agus Fakhrina M.S.I, selaku Wakil  Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, pada hari Senin, 24 Juni 2024 dan ditutup pada hari Jum’at, 19 Juli oleh Dr. Muhandis Azzuhri, Lc., MA, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.

Dipilihnya Pare karena Pare merupakan sebuah kampung yang memiliki lingkungan yang kondusif untuk mendukung untuk pengembangan bahasa Inggris.

“Pare merupakan sebuah kampung yang kondusif untuk pengembangan bahasa Inggris. Di dalamnya terdapat banyak lembaga yang memberikan pelatihan bahasa yang didukung dengan fasilitas camp yang di dalamnya mengharuskan praktik berbahasa Inggris. Lingkungan di sekitarnya, terutama warga dan para pedagang juga biasa berbicara bahasa ketika bertransaksi dengan orang-orang belajar bahasa Inggris di sana,” kata Dr. Agus Fakhrina, M.S.I.

Ini merupakan kegiatan yang memang dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa FUAD UIN UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan agar dapat berdaya saing global yang merupakan salah satu bagian dari program internasionalisasi perguruan tinggi UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

“Kegiatan ini memang dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa agar dapat berdaya saing mengakses program-program internasional seperti student mobility, student exchange, international seminar dan mendapatkan akses beasiswa luar negeri maupun dalam negeri melalui LPDP Kementerian keuangan atau negera donor beasiswa. Akses ini bisa mereka peroleh ketika mereka masih menjadi mahasiswa maupun setelah menjadi alumni,” ungkap Dr. Muhandis Azzuhri, Lc., MA.

Kegiatan ini juga merupakan bekal bagi mahasiswa untuk mendukung kegiatan internasional yang direncanakan oleh FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan dalam waktu dekat.

“Dalam waktu dekat FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan juga akan melaksanakan student mobility di Singapura dan Malaysia, tepatnya pada tanggal 24 – 28 September 2024 di Singapura dan Malaysia,” terang Dr. Muhandis Azzuhri, Lc., MA.

“Lebih dari itu, bahwa program ini keberhasilannya akan lebih jelas ketika banyak mahasiswa FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang terwujud pada karya-karya ilmiah pada jurnal internasional” tambah Dr. Muhandis Azzuhri, Lc., MA.

Lika-liku Diaspora Muslim Indonesia Mencari Produk Makanan Halal di Sydney Australia

Sydney (14/07/2024). Sydney merupakan salah satu kota di Australia dengan penduduk mayoritas non-muslim. Kondisi ini membuat diaspora muslim Indonesia di sana harus berhati-hati dalam mengonsumsi makanan halal.

Dalam peneltiannya, tim riset Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan yang terdiri dari Agus Fakhrina, selaku ketua tim, dan Sam’ani, Miftahul Ula serta Isriani Hardini, selaku anggota tim, yang melakukan observasi dan wawancara terhadap beberapa diaspora muslim Indonesia menemukan bahwa dispora muslim Indonesia di Sydney dalam mencari produk makanan cukup berliku-liku.

“Waktu pertama kali ke Sydney, kami harus berhati-hati dalam mencari makanan halal. Tidak seperti di Indonesia, produk makanan yang diperjualbelikan dapat diyakini kehalalannya karena penjualnya muslim dan terdapat lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan sertifikat halal,” kata seorang diaspora muslim Indonesia sudah tinggal di Sydney selama 7 tahun sebut saja namanya Bambang.

Tidak adanya sertifikasi halal pada produk makanan yang hendak dikonsumsi oleh diaspora muslim Indonesia membuat mereka berhati-hati dalam memilih produk makanan untuk dikonsumsi. Langkah yang mereka lakukan di antaranya memilih restoran dari negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia dan Malaysia.

“Awal di Sydney, dalam memilih makanan halal, trik yang kami lakukan adalah mencari restoran dari negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia dan Malaysia,” terang Bambang.

Adapun dalam memilih produk makanan kemasan, pertama kali yang mereka lakukan adalah mencari produk Indonesia yang berlabel halal MUI.

“Dalam membeli produk makanan kemasan, saya lebih percaya produk makanan kemasan Indonesia berlabel halal MUI yang dapat dibeli di toko Indonesia di Sydney,” kata seorang diaspora muslim Indonesia yang sudah menjadi permanent resident di Sydney sebut saja namanya Zahra.

Apabila tidak ditemukan produk kemasan berlabel halal seperti produk makanan kemasan Indonesia, mereka mencermati komposisi produk makanan kemasan tersebut apakah mengandung unsur haram ataukah tidak.

“Ketika membeli produk kemasan yang bukan produk Indonesia, pertama yang saya cermati adalah ingredient produk makanan tersebut apakah mengandung gelatin dari babi atau tidak, apakah ada pork dan alkohol atau tidak,” tandas Zahra.

“Ada juga kami, ketika membeli produk makanan kemasan tidak berlabel halal, kami cermati ingredient produk makanan tersebut mengandung gelatin apa tidak. Karena produk makanan kemasan berupa permen yupi misalkan ternyata mengandung gelatin. Jadi ketika belanja sama anak-anak dan menemukan itu, kami memberi pengertian kepada anak-anak bahwa ini tidak boleh karena tidak jelas gelatinnya dari halal beef atau dari pork. Jadi bagi kami, better tidak beli,” jelas Bambang.

Selain itu, mereka juga merujuk kepada lembaga atau organisasi agama yang mereka percaya seperti Darul Fatwa sebagaimana yang dilakukan oleh Zahra. Bagi Zahra produk makanan kemasan yang dapat diyakini kehalalannya adalah produk makanan kemasan Indonesia berlabel halal MUI dan produk makanan kemasan yang direkomendasikan oleh Darul Fatwa.

Adapun terkait produk makanan berupa daging, mereka mencari rujukan seperti Darul Fatwa sebagai panduan dalam konsumsi makanan halal.

“Kami mengikuti fatwa dari Darul Fatwa: kalau hendak membeli daging harus bertanya dulu kepada penjualnya, daging ini berasal dari mana atau bagaimana proses penyembelihannya apakah disembelih menggunakan tangan atau menggunakan mesin. Kalau disembelih menggunakan tangan maka kami beli, kalau menggunakan mesin meskipun bersertifikat halal kami tidak beli,” Zahra.

“Begitu juga, ketika kami hendak makan di restoran dari negara berpenduduk muslim, kami juga tetap menanyakan dagingnya berasal dari penyembelihan mana. Apabila tempat penyembelihannya masuk dalam daftar yang direkomendasi oleh Darul Fatwa maka kami akan membeli menu daging tersebut, namun apabila tidak, kami memilih menu lain yang bukan daging di restoran tersebut,” Zahra.

Agus Fakhrina, selaku ketua tim, menyampaikan bahwa ternyata di Sydney Australia masih cukup berliku-liku juga dalam mencari makanan halal. Mereka harus berhati-hati, teliti, cermat dan cerdas dalam mengonsumsi makanan halal.

Admin

Pentingnya Membentuk Generasi Qur’ani di Australia, Tim PkM FUAD Melakukan Kegiatan PkM di Sydney Australia

Sydney, (13/7/2024). Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan yang terdiri dari Sam’ani, selaku ketua tim, dan Agus Fakhrina, Miftahul Ula serta Isriani Hardini, selaku anggota tim melakukan kegiatan PkM internasional kolaboratif dengan tema “Membentuk Generasi Qur’ani di Australia” pada tanggal 13 Juli 2024 di The Lodge Square House Lantai 4 University of New South Wales Sydney Australia.

Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama antara FUAD UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan dengan Keluarga Pelajar Islam Indonesia (KPII) Sydney Australia. KPII merupakan komunitas yang ada di Sydney yang menaungi jamaah pengajian mahasiswa University of New South Wales dan para pelajar dari Indonesia.

Kegiatan ini dilatarbelakangi atas kekhawatiran diaspora muslim di Australia akan anak-anak mereka yang hidup lingkungan non-muslim yang jauh dari nilai-nilai Islam.

“Diaspora muslim Indonesia di Sydney khawatir dengan anak-anak mereka yang tinggal di lingkungan non-muslim dengan budaya Barat yang tentu berbeda dan jauh dari nilai-nilai Islam, terlebih lagi mereka kesulitan mencarikan sekolah atau guru untuk mengajari anak-anak mereka mengaji al-Qur’an,” kata Hengki Gunawan (Sekretaris KPII)

Sam’ani menyampaikan bahwa untuk membentuk generasi Qur’ani, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengajari anak-anak kita agar bisa membaca al-Qur’an.

“Belajar membaca al-Qur’an ketika masih kecil lebih mudah dan bahkan sangat mudah daripada belajar membaca al-Qur’an ketika sudah dewasa apalagi sudah tua,” tutur Sam’ani.

Belajar membaca al-Qur’an ibarat kita belajar ketrampilan membaca bahasa asing, mengingat al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab yang memang bukan bahasa ibu orang Indonesia. Karena itu, yang terpenting adalah mumarasah atau merutinkan membaca sehingga keahlian membaca al-Qur’an akan terasah dan lancar, tidak terbata-bata.

Sam’ani menjelaskan, “Orang yang membaca Al-Qur’an, setiap hurufnya dinilai 1 kebaikan, dan 1 kebaikan pahalanya dilipatgandakan 10. Orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata terbata-batanya mendapatkan pahalanya sendiri.

Sam’ani menjelaskan bahwa generasi Qur’ani adalah generasi yang karakter, sikap dan perilakunya sejalan dengan nilai-nilai al-Qur’an. Manifestasinya dalam bentuk bisa membaca al-Qur’an, lebih-lebih menghafalnya; memahami dan mengamalkannya; mendakwahkannya; dan selalu berdoa untuk mendapat petunjuk al-Qur’an.

Sedangkan generasi non-Qur’ani adalah generasi yang disebut dalam al-Qur’an dengan istilah mahjur yang berarti meninggalkan sesuatu karena tidak senang kepadanya.

Menurut Ibn Qayyim, di antara hal yang dicakup kata mahjur adalah: tidak tekun mendengarkan al-Qur’an; tidak mengindahkan halal dan haram walau dipercaya dan dibaca; tidak menjadikan rujukan dalam menetapkan hukum; tidak berupaya memikirkan apa yang dikehendaki Allah yang menurunkan al-Qur’an; dan tidak menjadikan obat bagi semua penyakit kejiwaan.

Tantangan terbesar bagi cendekiawan muslim, menurut Sam’ani, adalah bagaimana menfungsikan al-Qur’an (memahami dan mengamalkan serta mendakwahkan petunjuknya) tanpa mengorbankan budaya dan perkembangan positif.

“Dalam berdakwah dan mengajarkan al-Qur’an hendaknya kita mengikuti langkah walisongo yang tidak meninggalkan bahkan tidak menghilangkan budaya lokal,” terang Sam’ani.

Al-Qur’an hadir bukan hanya mempertahankan eksistensi Islam sebagai agama tetapi juga mengakui eksistensi agama lain dan memberinya hak untuk hidup berdampingan sambil menghormati pemeluk agama lain (toleransi)

“Ajaran al-Qur’an ini sangat pas dan relevan untuk kehidupan kita, terlebih bagi umat Islam di Australia yang kondisinya minoritas,” jelas Sam’ani.

Hengki Gunawan, selaku sekretaris KPII, menyampaikan bahwa kegiatan ini penting dilakukan mengingat umat Islam sebagai kelompok minoritas di Sydney Australia kesulitan dalam mengajarkan anak-anak mereka membaca al-Qur’an, bahkan lingkungan di mana mereka tinggal jauh nilai-nilai al-Qur’an.

Sementara itu, Sam’ani, selaku Dekan FUAD, menyampaikan bahwa kegiatan PkM internasional kolaboratif ini sangat penting bagi pengembangan fakultas sehingga PkM fakultas bisa berkembang menjadi lebih baik dan berlevel internasional.

Kunjungi Darul Fatwa Sydney Australia, Tim Riset FUAD Meneliti Peran Dakwah Darul Fatwa dalam Konsumsi Makanan Halal

Sydney (12/7/2024). Tim riset Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan yang terdiri dari Agus Fakhrina, selaku ketua tim, dan Sam’ani, Miftahul Ula serta Isriani Hardini, selaku anggota tim, melakukan kunjungan ke Darul Fatwa Sydney, Australia pada tanggal 12 Juli 2024.

Darul Fatwa adalah salah satu organisasi muslim Australia yang memiliki misi memberikan panduan cara hidup Muslim Australia dengan berpegang pada prinsip utamanya: mengajarkan pengetahuan Islam dan mengeluarkan fatwa yang diambil dari Al-Qur’an dan sabda Nabi Muhammad saw.

Pada kunjungan ini, tim diterima langsung oleh Ketua Darul Fatwa Sheikh Salim ‘Alwan al-Husainy didampingi Sheikh Ibrahim El-Shafie, dan Sheikh Bilal Homaysi. Kunjungan ini merupakan bagian dari penggalian data penelitian terkait peran Darul Fatwa dalam mendakwahkan panduan konsumsi makanan halal bagi umat Islam di Sydney Australia.

Sheikh Bilal menyampaikan bahwa pemerintah Australia memiliki regulasi yang ketat dalam penyembelihan hewan untuk dikonsumsi. Masing-masing jenis binatang terdapat aturan penyembelihan tersendiri.

“Baik itu sapi, kambing, ayam bahkan babi punya aturan sendiri-sendiri, meskipun cara penyembelihannya menggunakan mesin,” ungkap Sheikh Bilal.

Menurut Darul Fatwa, model penyembelihan menggunakan mesin di Australia tidak sesuai dengan syariat Islam, terlebih lagi dalam praktiknya, penyembelihan yang dilakukan tidak sampai memotong leher hewan tersebut sehingga tidak ada darah yang mengalir keluar.

“Hewan sapi cukup ditembak bagian kepalanya kemudian dikuliti dan dipotong-potong dagingnya,” ungkap Sheikh Bilal.

Selain itu, menurut regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia, tidak semua orang bisa menyembelih sendiri hewan yang akan dikonsumsinya.

“Apabila hendak menyembelih sendiri, maka orang tersebut harus mendirikan instalasi penyembelihan sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia, dan itu membutuhkan biaya yang sangat mahal,” kata Sheikh Ibrahim.

Lantas bagaimana umat Islam memperoleh daging halal dengan penyembelihan sesuai dengan syariat Islam?

“Mereka harus pesan kepada pihak penjagalan hewan agar hewan yang mereka inginkan disembelih dengan dipotong lehernya dengan menggunakan tangan,” terang Sheikh Ibrahim.

Terkait dengan kondisi yang demikian, Darul Fatwa memiliki peran yang begitu besar dalam memandu umat Islam di Sydney yang begitu minoritas dalam mengonsumsi makanan halal terutama daging sapi, domba dan ayam.

Darul Fatwa mendakwahkan umat Islam di Sydney agar berhati-hati dalam mengonsumsi daging hewan.

“Ketika hendak membeli daging, mereka harus menanyakan kepada pihak penjual daging, apakah hewan tersebut disembelih menggunakan tangan ataukah dengan mesin. Kalau menggunakan tangan maka itu halal, namun kalau menggunakan mesin maka itu haram,” jelas Sheikh Ibrahim.

Aturan ketat pemerintah tersebut juga berimbas kepada sulitnya umat Islam di Sydney melaksanakan ibadah kurban, sehingga mereka melakukannya di luar negara Australia.

Agus Fakhrina, selaku ketua tim menyampaikan bahwa penelitian ini penting dilakukan mengingat umat Islam di Sydney merupakan kelompok minoritas dan mereka cukup kesulitan dalam memperoleh daging yang disembelih sesuai dengan syariat Islam. Mereka memerlukan otoritas keagamaan seperti Darul Fatwa untuk memandu mereka dalam mengonsumi makanan halal.

Sementara itu, Sam’ani, selaku Dekan FUAD menyampaikan bahwa penelitian internasional kolaboratif ini sangat penting bagi pengembangan fakultas sehingga keilmuan fakultas bisa berkembang menjadi lebih baik dan berlevel internasional.

Admin