Sydney (14/07/2024). Sydney merupakan salah satu kota di Australia dengan penduduk mayoritas non-muslim. Kondisi ini membuat diaspora muslim Indonesia di sana harus berhati-hati dalam mengonsumsi makanan halal.
Dalam peneltiannya, tim riset Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Pekalongan yang terdiri dari Agus Fakhrina, selaku ketua tim, dan Sam’ani, Miftahul Ula serta Isriani Hardini, selaku anggota tim, yang melakukan observasi dan wawancara terhadap beberapa diaspora muslim Indonesia menemukan bahwa dispora muslim Indonesia di Sydney dalam mencari produk makanan cukup berliku-liku.
“Waktu pertama kali ke Sydney, kami harus berhati-hati dalam mencari makanan halal. Tidak seperti di Indonesia, produk makanan yang diperjualbelikan dapat diyakini kehalalannya karena penjualnya muslim dan terdapat lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan sertifikat halal,” kata seorang diaspora muslim Indonesia sudah tinggal di Sydney selama 7 tahun sebut saja namanya Bambang.
Tidak adanya sertifikasi halal pada produk makanan yang hendak dikonsumsi oleh diaspora muslim Indonesia membuat mereka berhati-hati dalam memilih produk makanan untuk dikonsumsi. Langkah yang mereka lakukan di antaranya memilih restoran dari negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia dan Malaysia.
“Awal di Sydney, dalam memilih makanan halal, trik yang kami lakukan adalah mencari restoran dari negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia dan Malaysia,” terang Bambang.
Adapun dalam memilih produk makanan kemasan, pertama kali yang mereka lakukan adalah mencari produk Indonesia yang berlabel halal MUI.
“Dalam membeli produk makanan kemasan, saya lebih percaya produk makanan kemasan Indonesia berlabel halal MUI yang dapat dibeli di toko Indonesia di Sydney,” kata seorang diaspora muslim Indonesia yang sudah menjadi permanent resident di Sydney sebut saja namanya Zahra.

Apabila tidak ditemukan produk kemasan berlabel halal seperti produk makanan kemasan Indonesia, mereka mencermati komposisi produk makanan kemasan tersebut apakah mengandung unsur haram ataukah tidak.
“Ketika membeli produk kemasan yang bukan produk Indonesia, pertama yang saya cermati adalah ingredient produk makanan tersebut apakah mengandung gelatin dari babi atau tidak, apakah ada pork dan alkohol atau tidak,” tandas Zahra.
“Ada juga kami, ketika membeli produk makanan kemasan tidak berlabel halal, kami cermati ingredient produk makanan tersebut mengandung gelatin apa tidak. Karena produk makanan kemasan berupa permen yupi misalkan ternyata mengandung gelatin. Jadi ketika belanja sama anak-anak dan menemukan itu, kami memberi pengertian kepada anak-anak bahwa ini tidak boleh karena tidak jelas gelatinnya dari halal beef atau dari pork. Jadi bagi kami, better tidak beli,” jelas Bambang.

Selain itu, mereka juga merujuk kepada lembaga atau organisasi agama yang mereka percaya seperti Darul Fatwa sebagaimana yang dilakukan oleh Zahra. Bagi Zahra produk makanan kemasan yang dapat diyakini kehalalannya adalah produk makanan kemasan Indonesia berlabel halal MUI dan produk makanan kemasan yang direkomendasikan oleh Darul Fatwa.
Adapun terkait produk makanan berupa daging, mereka mencari rujukan seperti Darul Fatwa sebagai panduan dalam konsumsi makanan halal.
“Kami mengikuti fatwa dari Darul Fatwa: kalau hendak membeli daging harus bertanya dulu kepada penjualnya, daging ini berasal dari mana atau bagaimana proses penyembelihannya apakah disembelih menggunakan tangan atau menggunakan mesin. Kalau disembelih menggunakan tangan maka kami beli, kalau menggunakan mesin meskipun bersertifikat halal kami tidak beli,” Zahra.
“Begitu juga, ketika kami hendak makan di restoran dari negara berpenduduk muslim, kami juga tetap menanyakan dagingnya berasal dari penyembelihan mana. Apabila tempat penyembelihannya masuk dalam daftar yang direkomendasi oleh Darul Fatwa maka kami akan membeli menu daging tersebut, namun apabila tidak, kami memilih menu lain yang bukan daging di restoran tersebut,” Zahra.
Agus Fakhrina, selaku ketua tim, menyampaikan bahwa ternyata di Sydney Australia masih cukup berliku-liku juga dalam mencari makanan halal. Mereka harus berhati-hati, teliti, cermat dan cerdas dalam mengonsumsi makanan halal.
Admin